Kali atau Sungai Chandra Bhaga yang dibangun pada zaman Kerajaan Tarumanegara memiliki cerita rakyat salah satunya, Legenda Buaya Putih.

Konon, pada zaman dahulu ada seorang jawara sakti mandra guna yang memiliki ilmu silat yang tinggi. Sang jawara tinggal di tepi Kali Bekasi dan selalu berpakaian khas jawara lengkap dengan goloknya. Ia memiliki seorang anak gadis yang cantik jelita dan juga seorang pendekar silat yang hebat. Konon katanya, sang gadis memiliki jurus-jurus andalan yang sulit ditebak.

Singkat cerita, sang gadis beranjak dewasa namun belum juga memiliki suami. Sang ayah yang juga seorang juragan kaya yang disegani tidak ingin memilih sembarang orang untuk menjadi menantunya. Lalu, sang Ayah mengadakan sayembara, “Barangsiapa yang mampu mengalahkan ilmu silat anak gadisku, akan kujadikan suami bagi anakku.” Tak lama berita itu tersebar diseluruh Bekasi, datanglah berbondong-bondong pemuda pendekar silat dari Depok, Bogor dan Sunda Kelapa (Jakarta). Sayangnya, tak satupun pendekar yang mampu mengalahkan kemampuan silat sang gadis.


Lanjutan :

Tiba-tiba datanglah seorang pemuda berkulit putih bersih, namun sejatinya bersisik yang tak diketahui asalnya. Mencoba mengikuti sayembara. Gerakan silatnya sangat bagus, cepat menyambar bak jurus Bajul dan sang gadispun akhirnya dapt dikalahkan.

Sang Jawara merasa gembira, akhirnya menemukan menantu yang sebanding dengan kepintaran anaknya. Sesuai janjinya mereka pun dinikahkan dengan pesta yang meriah, 7 hari 7 malam dengan menanggap bajidor, gamang kromong, ajungan.

Kini mereka menjadi suami istri, setahun kemudian mereka dikaruniai seorang bayi laki-laki. saat itulah sang suami mengaku “istriku”, aku akan menceritakan siapa diriku yang sebenarnya. Aku ini adalh raja siluman buaya putih Kali Bekasi”.

Alangkah kaget sang istri. “Aku sengaja mencari keturunan dari manusia. Di negriku ada raja siluman yang sangat kejam. tapi tak ada yang mampu mengalahkannya. Hanya dari keturunan manusialah yang mampu mengalahkannya”. “Kini aku telah memiliki anak dari keturunan manusia, aku harus segera kembali ke alamku untuk mengalahkan raja yang kejam itu”.

Seketika sang suami dan anaknya berubah wujud menjadi buaya putih. Mereka berjalan menuju dasar Kali Bekasi.

Alangkah sedih hati sang istri. Setiap hari sang istri selalu datang ke tepi Kali Bekasi untuk membersihkan sampah yang ada di Kali Bekasi. Sehingga airnya terjaga bersih dan jernih.

Sang istri yakin dengan Kali Bekasi yang bersih, hidup suami dan anaknya akan menjadi nyaman. Sang istri berpesan kepada anak turunannya agar selalu menjaga Kali Bekasi dan tidak mengusik ‘penghuni’ Kali Bekasi.

Benar tidaknya legenda tersebut tergantung anda, namun ada makna yang bisa dipetik jika menjaga Kali Bekasi sama saja memelihara kehidupan dan menjaga kelestariannya sebagai sumber air/resapan air yang tidak pernah kering.

 

Sumber: Bang B’rek

Sumber gambar: juranganmumut.com